Powered by Blogger.

SEKARANG JAM?

BUDIDAYA TANAMAN KARET

I. PENDAHULUAN

Tanaman karet yang memiliki nama latin Hevea braziliensis ini menjadi salah satu tanaman jangka panjang yang digandrungi oleh masyarakat khususnya kalangan menengah keatas. Tanaman yang berasal dari negeri Brasil ini dipandang sebagai investasi yang sangat menjanjikan. Selain itu juga, Karet mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat indonesia, yaitu Sebagai salah satu komoditi penghasil devisa negara serta sebagai tempat persediaanya lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar.

Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuha dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.

a. Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25°C sampai 35°C. Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet.
b. Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur,
tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifattanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan danlapisan cadas
- Aerase dan drainase cukup
- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur haramikro
- Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
- Kemiringan tanah < 16% dan
- Permukaan air tanah < 100 cm.

II. KEBUN BIJI

Biji untuk benih dapat diperoleh dari kebun-kebun biji di beberapa PTP Nusantara yang telah direkomendasi Balai Penelitian atau kebun biji milik sendiri.  Sampai dengan saat ini batang bawah yang telah teruji dan dianjurkan untuk digunakan sebagai sumber biji berasal dari klon-klon PB 260, RRIC 100, GT1, AVROS 2037 dan LCB 1320.  Penyediaan biji yang dibutuhkan harus sesuai dengan keadaan iklim.  Di Jawa dan Lampung musim biji masak pada bulan Januari s.d April, sedangkan di Sumatera Utara musim biji masak pada bulan September s.d November, kecuali klon AVROS 2037 musim biji masak pada bulan Agustus. 


A.  Taksasi Produksi Biji
Produksi biji Karet ditentukan oleh faktor-faktor : klon, jarak tanam, gangguan penyakit dan perawatan kebun. Sedangkan potensi produksi biji Karet untuk setiap hektar ditentukan oleh kerapatan tanaman.
1.   Waktu taksasi
a.       Taksasi pertama, 1-2 bulan setelah berbunga (banyak, sedang, sedikit).
b.       Taksasi kedua, pada saat awal jatuh biji.
2.   Cara taksasi :
a.       Pengambilan sample biji, dengan sistem diagonal.
b.       Luas setiap plot sample 25 m x 25 m sehingga  ada  ± 35  tanaman  per plot.
c.       Biji yang jatuh pada setiap plot dihitung jumlahnya dan dikonversi ke luas areal.
B.  Pemungutan dan Penanganan Biji
1.   Pemungutan / Pengumpulan Biji
a.      Dilakukan penyiangan (clean weeding) paling lambat satu bulan sebelum biji berjatuhan.
b.      Dua hari sebelum pemungutan biji dimulai, dilakukan pemungutan biji pendahuluan, dan dibuang.
c.      Pemungutan dilakukan setiap 2 hari sekali.
d.      Biji yang berasal pada areal pembatas tidak diambil.

2.   Seleksi Biji
Seleksi biji bertujuan untuk mendapatkan benih yang baik dan mempunyai viabilitas tinggi, (viabilitas adalah kemampuan benih untuk berkecambah dan tumbuh menjadi bibit yang baik). 

a.      Kriteria tes kesegaran biji, diambil contoh 10 butir biji per karung pungutan :
Ø  Biji sangat baik, bila :
-       Kulit biji luar mengkilat
-       Endosperm dibelah mengeluarkan getah
-       Warna endosperm putih bersih
-       Dipjit keras
Ø  Biji baik, bila :
-       Warna endosperm putih
-       Dipijit kurang kekar
-       Tidak ditemukan lendir
-       Kesegaran Mencapai 80%.
Ø  Biji kurang baik, bila :
-       Warna endosperm sudah mulai menguning
-       Dipjit elastis/empuk
-       Kadang-kadang ditemukan lendir
Ø  Biji jelek, bila :
-       Sudah berkecambah
-       Berlendir
-       Sudah mulai membusuk, busuk dan kopong
b.   Seleksi biji dilakukan dengan cara :
1.   Alat Pantul Biji
2.   Direndam dalam air :
-          Biji yang terapung ⅔ bagian dari biji adalah biji yang tidak disarankan untuk bahan tanam.
-          Biji yang terapung ⅓ bagian dan melayang dalam air disarankan untuk digunakan sebagai bahan tanam.
-          Biji yang tenggelam, tidak disarankan sebagai bahan tanam.

3.      Penyimpanan Biji
Sebaiknya biji Karet disimpan tidak lebih dari 3 hari dan tidak boleh terkena sinar matahari langsung karena dikhawatirkan akan terjadi penurunan daya kecambah.
4.      Pengepakan Biji
Biji yang sudah diseleksi dengan kesegaran minimal 80% dicampur dengan serbuk gergaji yang sudah melewati masa dekomposisi atau menggunakan spagnum . Penggunaan  serbuk gergaji yang belum melewati masa dekomposisi tidak boleh karena akan menimbulkan panas yang dapat merusak kesegaran biji. Perbandingan volume antara benih dengan serbuk gergaji adalah 1:1, untuk setiap 2.000 butir benih digunakan 7-8 kg serbuk gergaji dan diaduk sampai rata, kemudian dibubuhi Fungisida kemudian dimasukkan dalam kantong plastik berukuran 70 cm x 45 cm x 0,13 mm, dan diikat dengan tali rafia. Untuk menjamin aerasi, plastik dilubangi dengan perforator, tiap sisi 40 lubang, jadi pada setiap kantong plastik terdapat 80 lubang.

C.  Pemeliharaan Kebun Biji
1.     Pemupukan
Untuk produksi biji, dosis pupuk tidak berpengaruh nyata tetapi ratio kadar N dan K daun justru berkolerasi positif dengan produksi benih, makin besar nilai perbandingan kadar N terhadap kadar K daun, makin banyak produksi bijinya.
2.     Perlakuan Stimulansia
Untuk kebun biji tidak dilakukan perlakuan stimulansia, agar produksi biji sesuai yang diharapkan.



III. KEBUN ENTRES

Perkebunan karet dalam suatu unit area ataupun sebagai perkebunan besar harus selalu mengadakan peremajaan atau penanaman baru setiap tahun untuk kontinuitas produksi. Karena itu harus memiliki kebun entres yang sesuai dengan program penanaman tersebut. Luas peremajaan setiap tahun adalah 4% dari luas areal tanaman karet.
  
A.    Pembuatan Kebun Entres
1.     Pemilihan lahan
Mata okulasi merupakan sumber bibit tanaman yang penting dan akan menentukan potensi Kebun. Mata okulasi yang dipergunakan untuk okulasi tanaman karet pada pembibitan batang bawah berasal dari kebun entres. Oleh karena itu kebun entres harus dibangun terlebih dahulu minimal 2 tahun sebelum membangun pembibitan batang bawah dan masing-masing Kebun disarankan mempunyai kebun entres sendiri. Kebun entres harus terjamin kemurnian klonnya dan jumlahnya mencukupi. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk memilih lahan kebun entres antara lain :
a.     Topografi datar dengan kemiringan 0-3 % ditanam dengan jarak lurus, bila kemiringan  3-15 %  ditanam dengan sistim kontur.
b.    Tanahnya subur, gembur dan berbahan organik tinggi.
c.     Dekat dengan sumber air untuk memudahkan penyiraman.
d.    Sarana transportasi baik.
e.     Tanahnya bebas dari penyakit jamur akar dan nematoda (cacing).
f.     Mudah diawasi.
g.    Bebas dari gangguan alam (banjir, longsor).
2.     Luas areal
Luas areal yang dibutuhkan untuk kebun entres tergantung dari luas areal tanaman yang akan direncanakan setiap tahunnya dan tergantung dengan jarak tanaman. Untuk menghitung luas kebun entres perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.     Kebun entres dengan jarak tanam 1 x 1,5 m, mempunyai populasi 5.300 pohon per ha.
b.    Kebun entres umur 1 tahun menghasilkan kayu entres 1 m /batang dengan jumlah mata okulasi 8 mata / meter. Untuk kebun entres umur 2 tahun menghasilkan kayu entres 2 meter per pohon dengan jumlah 16 mata. Untuk umur 3 - 5 tahun dipelihara 3 - 4 cabang menghasilkan 25 - 30 mata okulasi.
c.     Rasio, luas kebun entres : luas penanaman lapangan (populasi 550 pohon/ha) = 1 : 80 Ha.
3.     Persiapan lahan
a.      Pembersihan lahan
Lahan harus benar-benar bersih dari semua bahan yang mengganggu pengolahan tanah maupun yang dapat menjadi inang hama penyakit
Ø  Membongkar pohon atau sisa pohon/tunggul sampai ke akarnya.
Ø  Membongkar perdu-perduan.
Ø  Merumpuk dan merencek sisa tanaman.
Ø  Pemberantasan alang-alang dengan herbisida.
Ø Mengumpulkan batu-batuan yang berserakan di permukaan tanah (jika ada).
b.     Pembuatan petakan
Tujuan pembuatan petakan untuk memudahkan kontrol, pemeliharaan, menghitung jumlah pohon, pengawetan tanah dan pemisahan klon.
c.    Pembuatan lobang
Untuk mendapatkan batang entres yang baik perlu jarak tanam yang tepat dan  lobang tanaman yang baik.




Ø

3
 
Jarak tanam 1 x 1,50 m dengan 1 m arah utara-selatan dan 1,50 m arah Barat-Timur, populasi per ha :
 


                       
                        80 % x      10.000  m2           x 1 pohon  =  5.300 pohon
                                             1 x 1,5 m2

Ø Lobang tanaman berukuran  60 x 60 x 60 cm


d.    Pembuatan jalan dan Drainase
Untuk memudahkan angkutan dibuat jalan sesuai dengan kebutuhan dengan ukuran lebar 3 meter yang kiri kanannya dibuatkan saluran air. Dibuat parit drainase di masing-masing petakan dengan ukuran lebar 40 cm kedalaman 40 cm.

4.   Klon
Klon dalam kebun entres harus jelas sumber atau asal-usulnya dan telah mendapat rekomendasi Balai Penelitian Perkebunan.


5.   Penanaman
a.    Sebelum penanaman, lobang dipupuk dengan pupuk RP sebanyak 250 gram / lobang dan pupuk organik 5 kg/lobang.
b.    Bibit yang digunakan untuk kebun entres adalah bibit polibeg prima.
c.    Penanaman dapat dilaksanakan setelah hujan mencapai curah hujan 100 mm dalam satu dekade.

B.     Pemeliharaan Kebun Entres
1.   Penyiangan di kebun entres dilaksanakan secara manual dengan rotasi 1 bulan sekali.
2.  Pemupukan dilaksanakan agar diperoleh pertumbuhan yang baik serta  jumlah mata yang banyak dan sehat.  Aplikasi pemupukan dilaksanakan 4 kali dalam setahun dengan dosis Urea 130 gram, SP36 100 gram, KCl 90 gram dan kiesrit 20 gram.Satu bulan sebelum pemotongan entres tidak boleh dilakukan pemupukan. Untuk meningkatkan kualitas mata okulasi dapat ditambahkan pupuk organik sebanyak 2 kg / pohon / tahun.
3.   Penyakit yang umum dijumpai di kebun entres adalah penyakit gugur daun Oidium heveae dan Collectotrichum, penyakit tersebut dikendalikan dengan penyemprotan daun muda menggunakan fungisida.
4.   Pewiwilan tunas palsu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan entres yang murni, sedangkan pewiwilan tunas samping dimaksudkan untuk memperoleh batang entres yang lurus.
5.   Dilaksanakan pengolahan tanah ringan (½ garpu) menjelang musim kemarau,  untuk mengurangi penguapan air tanah melalui pemutusan pipa kapiler tanah.
6.   Untuk menjamin kemurnian klon, setelah tanaman mempunyai 5 - 6 payung  yang sehat, perlu diadakan pemurnian klon.


C.     Pemotongan dan Pengiriman Entres
Dalam meremajakan/memotong kebun entres harus disesuaikan dengan rencana okulasi dan umur batang bawah.
1.   Sebelum pemotongan entres, dilakukan :
a.     Daun yang masih melekat pada bagian batang yang berwarna coklat sampai batas warna hijau dibuang (dikupir), kira-kira 10 hari sebelum digunakan untuk memudahkan teknis pelaksanaan okulasi.
b.    Daun yang masih melekat pada batang yang berwarna coklat sampai batas warna hijau tidak dibuang (tidak dikupir) untuk keperluan okulasi bertangkai.
2.   Pemotongan entres dilakukan dengan cara memotong serong dan bekas potongan diberi penutup luka. Pemotongan pertama dilakukan pada ketinggian 30 cm dari atas permukaan tanah.  Selanjutnya tunas yang tumbuh dipelihara 2-3 tunas setiap pohon, untuk pemotongan tahun berikutnya dilakukan 10 cm dari percabangan entres.
3.   Umur dan kriteria pemotongan disesuaikan dengan teknik okulasi dengan memangkas batang entres sedikit diatas karangan mata, akan diperoleh tunas yang dapat digunakan sebagai entres dini pada umur 3 - 4 minggu, entres hijau pada umur 3 - 4 bulan dan entres coklat umur 8 - 12 bulan.
4.   Pemotongan dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan gergaji potong dengan kondisi daun tidak dalam keadaan daun muda (flush).
5.   Setelah pemotongan entres perlu perlakuan khusus agar terjaga kesegarannya. Batang entres coklat dipotong dengan ukuran 1 meter, sedangkan entres hijau dan dini sepanjang 40 cm, kedua ujung bekas pemotongan dicelupkan ke dalam parafin, diberi tanda klon, dibungkus dalam gedebog pisang dan dipergunakan secepatnya. Entres yang belum dipergunakan hendaknya tetap didalam gedebog pisang dan ditempatkan ditempat yang teduh. Bila memungkinkan parafin pada ujung bawah kayu entres dihilangkan kemudian direndam dalam ember berisi air setinggi 10 cm.
6.     Untuk mengurangi kerusakan entres dalam pengiriman di kebun sendiri (jarak dekat) cukup hanya dibungkus dengan gedebog pisang setiap 10 batang entres.
7.     Untuk mengurangi kerusakan entres dalam pengiriman antar kebun (jauh) dapat dilakukan langkah pengepakan sebagai berikut :
a.     Siapkan kotak kayu ukuran 105 x 40 x 40 cm.
b.     Entres yang telah dipotong ujungnya segera dicelupkan dalam parafin.
c.     Siapkan serbuk gergaji yang sudah melewati masa dekomposisasi atau memakai spagnum yang telah dibasahi air dan ditiriskan sampai tidak mengeluarkan tetesan air lagi.
d.     Bagian bawah peti kayu ditaburi serbuk gergaji ± setebal 2 cm
e.     Entres disusun diatasnya dengan jarak 1 cm antar entres, kemudian bagian atas susunan entres ditaburi serbuk gergaji lagi setebal 2 cm, lalu disusun entres kembali sampai peti penuh.
f.      Setelah tiba ditempat tujuan peti hendaknya ditempatkan pada tempat yang lembab dengan tutup peti terbuka.

8.     Produksi Batang Entres
Produksi batang entres dalam kurun waktu 4 tahun bisa mencapai 350 meter dengan rata-rata 6 mata entres per meter.
9.     Umur Entres
Umur entres yang akan dipakai sebagai bahan tanam tidak boleh lebih dari 10 tahun.

IV. PESEMAIAN DAN PEMBIBITAN

Pesemaian adalah tempat pendederan untuk mengecambahkan biji karet dengan maksud untuk memperoleh bibit sebagai bahan batang bawah yang seragam dengan cara memisahkan (seleksi) bibit yang pertumbuhannya cepat dan baik, sedangkan pembibitan adalah tempat untuk membesarkan batang bawah, melaksanakan okulasi batang bawah dan  mempersiapkan bibit hasil okulasi hingga memenuhi syarat untuk dipindah ke kebun atau lapangan dengan maksud untuk memperoleh pertumbuhan tanaman Karet yang jagur serta homogen.

A.    Pengecambahan Biji
1.     Persyaratan Batang Bawah
Bibit karet sebagai calon batang bawah yang baik, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a.      Perakarannya kuat dan berkembang dengan baik
b.      Memberi pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan batang atas

2.     Pembuatan Bedeng Pengecambahan
a.     Untuk membuat bedengan pengecambahan lahan harus digarpu sedalam 20 cm lebih dulu, sisa-sisa akar dari tanaman atau gulma (lalang dan teki) harus dibersihkan.
b.     Ukuran lebar pendederan 1 - 1,2 m dengan tinggi 0,2 m dan panjang disesuaikan dengan keadaan/kebutuhan.
c.     Pendederan memanjang arah Utara - Selatan, permukaan tanah dilapisi pasir halus setebal 7 - 10 cm, tepi dederan diperkuat dengan kayu atau belahan bambu.
d.     Bedengan pengecambahan diberi atap naungan, dengan tinggi sebelah timur   2 m dan sebelah barat 1,5 m.
e.     Atap naungan dapat menggunakan daun lalang, letak bedeng pengecambahan sebaiknya dekat dengan sumber air, bertopografi datar dan dekat dengan lahan pesemaian bibit.
Dibuat dinding bedeng pengecambahan dari bilik setinggi 1 m yang berfungsi untuk menjaga kelembaban.  Kelembaban dipertahankan tidak kurang dari 80-85 % (menggunakan hygrometer).

9
 
f.     Jarak antar biji di pengecambahan satu dengan lainnya ± 1 cm antar baris dan ± 0.5 cm dalam baris   pada luas 1 m2 dapat dikecambahkan sekitar 800 - 1.000 biji Karet.
g.    Perut biji menghadap ke bawah
h.     Sebagian punggung biji muncul dipermukaan tanah.
i.      Pintu lembaga menghadap ke satu arah.
j.      Disiram setiap pagi dan sore.
k.     Pemindahan kecambah yaitu pada stadia bintang sampai pancing, untuk mencegah kerusakan pada tudung akar dan diharapkan perakarannya lebih baik, yaitu tidak bengkok dan satu akar tunggang.
l.      Bilamana biji tidak berkecambah lebih dari 21 hari, agar dibuang.      
B.    Pembibitan Batang Bawah
1.     Pemilihan Lahan
Beberapa persyaratan yang sebaiknya dipenuhi untuk memilih lahan pembibitan batang bawah antara lain :
a.     Tofografi datar, kemiringan permukaan 0-3 % dengan jarak tanam lurus, kemiringan 3-15 % ditanam dengan sistim kontour agar kesuburan tanah lebih terpelihara dan memudahkan pengelolaan.
b.    Tanahnya subur, gembur dan bersolum dalam untuk menjamin pertumbuhan  akar yang normal.
c.     Dekat sumber air untuk memudahkan penyiraman
d.    Dekat areal penanaman.
e.     Dekat jalan untuk memudahkan pengangkutan.
f.     Jauh dari tanaman inang hama dan penyakit.

2.     Persiapan Lahan
      Kegiatan yang dilaksanakan pada persiapan lahan antara lain :
a.     Menumbangkan pohon atau sisa pohon/tunggul sampai ke akar-akarnya.
b.    Membongkar semak-semak sampai tuntas.
c.     Merumpuk, merencek dan membuang sisa-sisa tanaman
d.    Mengumpulkan batu-batu yang berserakan di permukaan tanah (jika ada)
e.     Pembuatan jalan dan Drainase
Untuk memudahkan angkutan dibuat jalan sesuai dengan kebutuhan dengan ukuran lebar 3 meter yang kiri kanannya dibuatkan saluran air. Dibuat parit drainase di masing-masing petakan dengan ukuran lebar 40 cm kedalaman 40 cm.

3.     Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan untuk pembibitan batang bawah harus diolah secara intensif,  agar didapat bibit dengan perakaran yang baik.
Lahan dengan tofografi yang relatif datar dapat langsung diolah / digarpu sedalam  minimal 40 cm, dan tanah dengan topografi bergelombang hendaknya dibuat   petakan-petakan lebih dulu untuk mencegah adanya erosi permukaan.
Petakan hendaknya dibuat dalam ukuran yang disesuaikan dengan jarak tanam dan kemiringan tanah, sebelum penggarpuan berjalan secara bersamaan dilaksanakan pembersihan sisa-sisa akar.
Sebagai pupuk dasar dipakai pupuk RP sebanyak 1.200 Kg/Ha dan kotoran hewan 10.000 Kg/Ha.  Ditaburkan   secara merata pada petakan. Petakan diratakan kembali sehingga pupuk bercampur / tertutup dengan tanah.

4.     Penanaman Kecambah
a.     Mengajir untuk pesemaian tegakan Two Row Road System yaitu 30 x 40 x 60 cm.
b.    Pengajiran dengan menggunakan ajir dari bambu panjang ± 20 cm dengan jumlah ajir sebanyak 60 % dari kebutuhan.
c.     Pada pangkal ajir dicokrah sedikit untuk tempat menanam kecambah.
d.    Penanaman kecambah pada cokrahan yang telah dipersiapkan dan setelah penanaman, ajir dimiringkan sebagai tanda kecambah sudah ditanam.
e.     Populasi per Ha  = 53.300 pohon
f.     Kebutuhan bibit omat siap salur per ha lapangan.
Jarak tanam 6 x 3 m
Ø  Kebutuhan pokok                    =    550 omat
Ø  Cadangan sulaman 5%             =      25 omat
Jumlah                         =    575 omat

5.     Pemeliharaan Bibit
a.    Areal pembibitan harus bebas dari tumbuh-tumbuhan pengganggu, oleh karena itu penyiangan perlu dilaksanakan secara teratur dan rotasi penyiangan disesuaikan dengan keadaan lapangan.
b.    Penyiraman dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan terutama musim kemarau.
c.    Menjelang musim kemarau perlu dilaksanakan pengolahan tanah ringan untuk mengurangi penguapan air tanah dan mulching secukupnya.
d.    Penyulaman dilaksanakan maksimal 1 bulan setelah penanaman kecambah agar populasi tetap memenuhi standar.
e.    Pemupukan harus dibenam (placement) diantara barisan tanaman, tanah dalam keadaan lembab dan areal pembibitan dalam kondisi bebas dari gulma.

Tabel 4. Dosis Pupuk Pembibitan Batang Bawah
Umur Tanaman
(Bulan)
Gram/Pohon/Aplikasi
Urea
SP 36
KCl
Kieserite
1
2
3
4
5
6
7
5
5
5
5
10
10
10
3
4
4
4
5
5
5
1
2
2
5
5
10
10
1
1
2
2
3
3
3
Jumlah :
50
30
35
15

Pemupukan pada bulan selanjutnya sampai 1 bulan sebelum okulasi menggunakan dosis pemupukan umur tanaman 7 bulan.

6.     Seleksi Bibit
Seleksi bibit tahap pertama (I)
Ø  Dilaksanakan saat bibit berumur 3 bulan dengan dasar seleksi adalah ketinggian tanaman. Tanaman yang mempunyai ketinggian di bawah rata-rata dalam petakan dibuang dan selanjutnya menghitung jumlah tegakan hasil seleksi.
Seleksi bibit tahap kedua (II)
Ø  Dilaksanakan tiga bulan setelah seleksi kesatu (6 bulan  setalah tanam) dengan dasar seleksi adalah lilit batang. Tanaman yang mempunyai lilit batang dibawah rata-rata dalam petakan dibuang dan selanjutnya menghitung/inventarisasi tegakan hasil seleksi.


C.    Okulasi
Okulasi tanaman merupakan suatu rangkaian usaha untuk memperoleh bahan tanaman yang baik berupa klonal yang sesuai anjuran Balai Penelitian dan merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan sejak seleksi biji.
1.     Tipe Okulasi
Beberapa tipe okulasi yang biasa dilaksanakan :
a.     Okulasi dini (Pre Green Budding)
b.    Okulasi hijau (Green Budding)
c.     Okulasi coklat (Brown Budding)



Tabel 5. Kriteria-kriteria yang harus dimiliki oleh batang bawah yang dapat diokulasi :
      
Tipe Okulasi
Umur Batang Bawah
Umur Entres
Jenis Mata
Dini
2-3   bln
 3-4 bln (hijau muda)
Sisik
Hijau
4-6   bln
 4-6 bln (hijau)
Daun atau sisik
Coklat
7-12 bln
8-12 bln (coklat)
Daun
      
Ø Okulasi dini dan okulasi hijau dapat dilakukan pada tanaman semaian di polibeg, sedangkan okulasi coklat dilakukan pada pembibitan batang bawah di lapangan.
Ø Mempunyai payung daun yang sehat.
Ø Tanaman dalam kondisi dormant
Ø Kulit tanaman tidak lengket.

2.     Teknik Okulasi
a.     Menoreh batang bawah dilakukan sebanyak 20-25 batang bawah setelah dibersihkan terlebih dahulu.  Torehan ini dimaksudkan untuk membuat jendela okulasi.  Lebar jendela okulasi disesuaikan dengan jenis okulasi,  tinggi jendela bagian bawah 5 cm dari tanah.
b.    Mengambil mata okulasi dari batang entres dapat dilakukan dengan membuat jendela pada batang entres sebagaimana membuat jendela pada batang bawah. Perisai entres sebaiknya selebar jendela batang bawah. Dalam hal tertentu, bila lebar dan panjang perisai lebih kecil dari jendela, maka letak perisai harus berhimpit pada salah satu sisi jendela okulasi.
c.     Pembalutan dengan sistem tata genteng dengan menggunakan pita plastik transparan yang lentur dengan ketebalan 0,05 cm.
d.    Penggunaan alat/bahan dalam pelaksanaan okulasi harus selalu bersih.
e.     Waktu okulasi pukul 07.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB dan sore hari mulai pukul 15.00 WIB sampai 17.00 WIB.
f.     Untuk menghindari kerusakan batang entres diletakan diatas gedebog pisang.

3.     Pemeriksaan (Kontrol) Okulasi
a.     Buka balutan (Kontrol 1) dilaksanakan 21 hari setelah okulasi, yang hidup diberi tanda tali plastik dan yang mati tidak diberi tanda, lalu dihitung baik jumlah yang hidup maupun yang mati.
b.    Kontrol II dilaksanakan 10 hari setelah kontrol I (31 hari setelah okulasi) yang mati tanda plastik dibuang dan dapat diokulasi ulang sedangkan yang hidup diberi plastik.
c.     Kontrol III dilaksanakan 10 hari setelah kontrol II yang hidup diberi tanda totol sesuai dengan klon, mati plastiknya dibuang.
4.     Pemotongan Okulasi
a.      Pemotongan bibit dilaksanakan pada ketinggian 5-7 cm diatas jendela okulasi dengan sudut miring 30-45° membelakangi jendela.
b.      Penampang bekas potongan ditutup dengan bahan penutup luka.
c.      Sebelum pemotongan dilakukan penyiraman untuk mempercepat pertumbuhan tunas.
d.      Pemotongan bibit disesuaikan dengan kesiapan penanaman ke polibeg.
5.     Bongkar Bibit/Stump
a.     Bibit dibongkar disesuaikan dengan kemampuan penanaman di polibeg.
b.    Untuk mencegah rusaknya mata okulasi pada waktu penanaman di lapangan maka 1 hari atau sebelum bibit dibongkar, mata okulasi agar dilindungi dengan perisai.
c.     Bibit dibongkar dengan panjang akar tunggang minimal 40 cm dan akar lateral 3-5 cm.
d.    Pembongkaran bibit harus dilaksanakan dengan hati-hati agar bibit termasuk akar tunggangnya tidak rusak/memar.

e.     Bibit yang terkena jamur akar putih (JAP) harus diafkir / dibuang.
A.    Pembibitan Polibeg
Bibit dalam polibeg adalah bibit hasil okulasi yang ditumbuhkan dalam polibeg sampai dengan mempunyai satu atau dua payung.
Keuntungan bibit okulasi dalam polibeg antara lain persentase kematian di lapangan rendah, pertumbuhan bibit seragam dan penularan penyakit dari pembibitan dapat dihindari.

1.     Teknik Pembuatan Bibit Polibeg
a.     Lahan sebaiknya dipilih topografi datar, dekat dengan sumber air, dekat dengan jalan, dekat dengan rencana penanaman serta mempunyai top soil yang baik dan cukup untuk mengisi polibeg.
b.    Ukuran polibeg adalah 45 cm x 30 cm x 0,10 mm, sudah diberi lobang diameter 0,5 cm sebanyak 12-18 buah lobang setengah polibeg ke bawah.
c.     Untuk menjaga tembusnya akar tunggang, bagian bawah kantong polibeg diberi lobang ditengah diameter 1,5 cm.
d.    Tanah untuk mengisi polibeg yaitu tanah lapisan atas (top soil) yang subur dan gembur dicampur bahan organik 4 : 1 ditambah pupuk RP sebanyak 100 gram per polibeg.
e.     Polibeg disusun dua baris dengan tunas saling membelakangi dalam parit sedalam 10 cm, kemudian parit ditimbun tanah supaya polibeg tidak roboh.
f.     Bibit omat yang akan ditanam ke polibeg dipotong seragam panjang 30 cm dari leher akar, akar lateral disisakan 3 - 5 cm dan setiap luka-luka bekas potongan akar diolesi larutan hormon perangsang pertumbuhan akar yang berbentuk pasta dengan dosis 1 gram per 20 stump.
2.     Pemeliharaan
a.     Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore.
b.    Pemupukan pada pembibitan polibeg dilakukan setelah stump tumbuh 1 (satu) payung tua dengan dosis sebagai berikut :

Tabel 6. Dosis Pemupukan Bibit dalam Polibeg (Gram/Pohon/Aplikasi) Sesuai Rekomendasi RC Getas

Umur
Urea
SP 36
MOP
Kieserite
2 bulan
3 bulan
4 bulan
5 bulan
6 bulan
8
10
15
15
20
5
10
15
15
20
5
10
10
15
20
-
5
-
5
-
Jumlah :
68
65
60
10

c.     Untuk mengantisipasi penyakit jamur akar putih (JAP) pada pembibitan polibeg maka diberi Trichoderma sp dosis 25 gram/ polibeg dengan cara menggali tanah di sekitar leher akar 5-10 cm dengan hati-hati, lalu taburkan Trichoderma sp kemudian tutup kembali dengan tanah.
d.    Untuk mengurangi persaingan pertumbuhan tunas, penunasan harus dilakukan dengan teratur seawal mungkin.
e.     Penyiangan tanaman polibeg harus clean weeding.
f.     Untuk menjaga kelembaban tanah polibeg permukaan tanah polibeg diberi mulsa.
g.    Untuk pengendalian penyakit daun dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida pada saat kondisi daun muda dengan rotasi 1-2 kali seminggu sesuai dengan keadaan.

3.     Penanaman Bibit ke Lapangan
a.     Bibit polibeg siap tanam ke lapangan apabila minimal sudah mempunyai satu payung tua.
b.     Untuk mendapatkan tanaman yang homogen di lapangan pada saat penyaluran, bibit polibeg agar diseleksi keseragamannnya berdasarkan kejaguran dan tingginya bibit.


B.    Pemeliharaan Bibit Untuk Sulaman ( Corestump )

Cadangan bibit sulaman agar ditanam dan dipelihara sebagai corestump untuk penyulaman pada TBM dengan cara sebagai berikut :
1.   Bibit polibeg ditanam dengan melepaskan dasar polibeg pada areal yang sudah disiapkan
2.   Jarak tanam 1 x 1,5 m, ukuran lobang 40x40x60 cm
3.   Pemeliharaan / pemupukan disesuaikan dengan TBM yang seumur




C.    Penanaman Corestump Pada Areal TBM

1.   Satu minggu sebelum dicabut dipotong pada ketinggian 270 cm, luka bekas potongan ditutup dengan TB192 atau dengan parafin dan batangnya dioles kapur tohor
2.   Penanaman dengan ukuran lobang 60x60x60 cm
3.   Pembongkaran dilakukan dengan panjang akar tunggang 60 cm, polibeg utuh, mata tunas mulai melentis, warna batang cokelat
4.   Pupuk dasar RP 250 gram/lobang
5.   Bibit ditanam dengan terlebih dahulu membuka plastik polibeg dan dipadatkan

D.    Osti Untuk Sulaman

Penyulaman di TBM juga dapat dilakukan dengan bibit stump tinggi (osti) yang seumur dengan TBM tersebut, adapun tatacara penanamannya sebagai berikut :
1.   Sebelum dicabut bibit dipotong (ditopping) pada ketinggian 270 cm, luka bekas potongan ditutup dengan TB192 atau dengan parafin dan batangnya dioles kapur tohor
2.   Pemotongan akar tunggang dilaksanakan pada saat toping dengan cara menggali tanah sebagian, akar tunggang dipotong 50 cm dari kaki gajah kemudian ditimbun lagi dengan tanah tanpa pemadatan.
3.   Penanaman dengan ukuran lobang 60x60x60 cm
4.   Pembongkaran dilakukan setelah mata tunas mulai melentis.
5.   Diberi  pupuk dasar  RP dengan dosis 250 gram/lobang
6.                             Bibit ditanam dan dipadatkan.

V. PEMBIBITAN TABELA

Pembibitan tabela adalah salah satu upaya perbanyakan tanaman dengan cara menanam benih langsung (tabela) di polibeg dimana okulasi dilakukan pada pembibitan batang bawah di polibeg, salah satu keuntungannya adalah dapat mempersingkat waktu penyediaan bibit dan lebih murah.

1.   Untuk menumbuhkan tunas okulasi, 1-2 hari setelah pembukaan balutan maka batang dipotong secara serong pada ketinggian 30-35 cm dari permukaan tanah. Pertumbuhan tunas okulasi akan lebih jagur pada tanaman yang dipotong lebih tinggi dengan diikuti penunasan terhadap tunas liar secara intensif dan tepat waktu. Satu minggu setelah pemotongan biasanya mata okulasi sudah tumbuh, pada umur 1,5-2 bulan kemudian tanaman sudah mencapai stadia satu payung.

2.     Dari satu hektar pembibitan dapat dihasilkan bibit siap salur sebanyak :
a. Tabela siap okulasi                              : 90 %
b.Okulasi jadi                                         : 60 %
c. Keberhasilan bibit tabela                      : 80 %
d.1 hektar pembibitan tabela                   :{90.000 x 0,9 x 0,6 x 0,8} = 38.880 tabela siap salur.
 Dari 1 hektar pembibitan tabela dapat membangun seluas 38.880 : 605 = 64 ha di lapangan.

VI. TANAMAN TAHUN AKAN DATANG (TTAD)

Pada dasarnya dalam mengadakan perluasan tanaman karet sama saja, baik tanaman baru, tanaman ulangan maupun tanaman konversi.
Perbedaannya terletak pada perlakuan dan pemakaian biaya tergantung kepada kondisi lahan yang akan dibuka/dipergunakan. Pada prinsipnya TTAD dapat dilaksanakan  pada lahan yang tidak rawan dari okupasi/penjarahan dan lahan yang rawan dari hembusan angin yang kencang.

A.    Persiapan Lahan
Pelaksanaan dilakukan 1 (satu) tahun sebelum penanaman, dengan maksud agar lahan TTAD menjadi bersih dari tunggul-tunggul dan sisa-sisa akar pohon yang besar, sehingga TTI akan dilaksanakan dengan mudah.
Dalam pelaksanaan pembukaan lahan yang harus mendapat perhatian antara lain :
1.     Tunggul pohon karet harus dibongkar sampai ke akar-akarnya untuk menghindari terhadap serangan JAP.
2.     Untuk jenis kayu-kayuan lainnya harus dibongkar sampai ke akar-akarnya dan dilanjutkan dengan pekerjaan merumpuk.
3.     Pemberantasan lalang dengan mempergunakan herbisida glyphosate dengan   dosis :
a.   Lalang Sheet                        : 5     ltr/ha dicampur dalam 800 - 1000 liter air
b.   Lalang Sporadis                   : 1,5  ltr/ha dicampur dalam 300 -   350 liter air
c.   Spot Spraying/Koreksi          : 0,5  ltr/ha dicampur dalam 100 -   200 liter air
            (disesuaikan dengan kondisi lapangan)
4.     Pembuatan badan jalan dengan rasio 70 - 100 m per Ha
5.     Penanaman penutup tanah dengan populasi minimal 550 pohon per ha.

B.    Penanaman Pohon Penahan Angin (Wind Break)
Daerah-daerah yang sering mengalami gangguan angin, baik itu gangguan angin kencang maupun angin laut perlu diadakan penanaman pohon penahan angin atau Wind Break. Persyaratan tanaman penahan angin antara lain, perakaran dalam, batangnya keras, daunnya kecil-kecil dan pertumbuhannya cepat. Jarak tanam 3 m dalam barisan dan 100 m antar barisan, memotong arah angin.

C.    Tanaman Pinggir Jalan (TPJ)
Dalam rangka optimalisasi lahan di pinggir jalan ditanam tanaman yang bernilai ekonomi dan umurnya 5-6 tahun bisa dipanen.


VII. TANAMAN TAHUN INI (TTI)

Tanaman Tahun Ini (TTI) merupakan kegiatan lanjutan dari pekerjaan tahun tanam akan datang (TTAD), tanaman ulangan atau tanaman konversi.

A.    Persiapan Lahan
Pelaksanaan dilakukan pada awal tahun, dengan maksud agar lahan menjadi bersih dari tunggul-tunggul dan sisa-sisa akar pohon yang besar, sehingga TTI akan dilaksanakan dengan mudah.
Dalam pelaksanaan pembukaan lahan yang harus mendapat perhatian antara lain :
1.     Tunggul pohon Karet harus dibongkar sampai ke akar-akarnya untuk menghindari terhadap serangan penyakit Jamur Akar Putih (JAP), dilaksanakan secara mekanisasi maupun secara manual.
2.     Untuk gulma jenis kayu-kayuan lainnya harus dibongkar sampai ke akar-akarnya dan dilanjutkan dengan pekerjaan merumpuk.
3.     Pemberantasan lalang dengan mempergunakan herbisida glyphosate dengan   dosis :
a.   Lalang Sheet                        : 5     ltr/ha dicampur dalam 800 - 1000 liter air
b.   Lalang Sporadis                   : 1,5  ltr/ha dicampur dalam 300 -   350 liter air
c.   Spot Spraying/Koreksi          : 0,5  ltr/ha dicampur dalam 100 -   200 liter air
             (disesuaikan dengan kondisi lapangan)
4.     Pembuatan badan jalan dengan rasio 70 - 100 m per Ha ( jalan penghubung, jalan produksi dan jalan kontrol ).

B.    Pengajiran
1.     Mengajir larikan sistim jarak lurus dan lubang tanam
Gunakan patok hektar hasil pemetaan sebagai titik pusat. Pancangkan ajir kepala (indung) tiap jarak 50 - 100 m, arah tegak lurus utara selatan dan barat timur. Bagian atas dari ajir kepala diberi bendera atau dilabur putih. Pancangkan ajir induk dengan ukuran barat timur dan utara selatan. Setelah ajir induk selesai dikerjakan, diteruskan dengan pemancangan ajir tanaman dengan cara meluruskan.
2.  Mengajir untuk membuat teras kontur
Cari dan tetapkan punggung bukit dan lekukan yang dapat mewakili keadaan umum lapangan. Pancangkan ajir kepala/indung dengan jarak 6 meter, dibuat dari atas kebawah. Ajir kepala merupakan patokan awal pembuatan teras menurut garis kontur ke kanan dan ke kiri secara horizontal. Lebar terasan kontur minimal 1,5 m (dibuat goler kampak).

C.   Pembuatan Lobang Tanam
Dalam pembuatan lobang tanam yang perlu diperhatikan adalah jangan tercampur adukan antara tanah top soil dan sub soil.
1.     Untuk Areal Kontur
a.   Tanah bekas galian top soil ditaruh di terasan dekat punggung teras
b.   Tanah bekas galian sub soil ditaruh di terasan dekat bibir teras
2.     Untuk Areal Datar
a.   Tanah bekas galian top soil ditaruh di sebelah timur/barat barisan
b.   Tanah bekas galian sub soil ditaruh di sebelah utara/selatan barisan

Ukuran lobang tanam untuk :
Ø Polybag     : 0,60 x 0,60 x 0,60 m
Jarak Tanam :
Ø 6 x 3 m, rata-rata 550 lobang tanam per ha.
Ø Sistem tanam land verband/jajaran dilaksanakan pada areal dengan topografi datar / landai, sedangkan sistem kontur dilaksanakan pada areal berbukit / bergelombang.
D.  Pembuatan Rorak Benteng
Untuk mencegah erosi permukaan dan mempertahankan kesuburan tanah (konservasi tanah) dibuat rorak benteng.
E.   Pesemaian Tanaman Penutup Tanah
Sebelum melaksanakan penanaman tanaman penutup tanah di lapangan perlu diadakan pembuatan pesemaian.  Bagi kebun-kebun yang melaksanakan TTAD pelaksanaan pesemaian dan penanaman tanaman penutup tanah dilaksanakan di TTAD.
Kegiatan pesemaian :
1.     Persiapan lahan
a.     Penetapan Lokasi :
Ø  Dekat sumber air
Ø  Topografi datar
b.    Lokasi bedengan pengecambahan digarpu 10 - 20 cm, sisa-sisa dari akar gulma dibersihkan
2.     Pembuatan bedeng pengecambahan :
a.     Ukuran lebar pendederan 1 m, panjang 1 - 1,5 m (disesuaikan dengan keadaan), tinggi 0,2 m
b.    Arah pendederan memanjang utara selatan, permukaan tanah dilapisi pasir halus setebal 3 - 5 cm
c.     Bedeng pengecambahan diberi atap naungan dengan tinggi sebelah timur 2 m, sebelah barat 1,5 m
3.     Pembuatan bedeng polibeg tanaman penutup tanah
a.     Ukuran lebar 1 m, panjang disesuaikan dengan keadaan, tinggi 0,2 m.  luas bedeng untuk 1 m2  berisi ± 400 polibeg tanaman penutup tanah (ukuran 12 x 8 x 0,01 cm)
b.    Arah bedengan memanjang utara selatan
c.     Bedeng polybag diberi atap naungan dengan tinggi sebelah timur 2 m dan sebelah barat 1,5 m
d.    Atap naungan dapat menggunakan daun lalang atau daun kelapa.

4.     Pengisian polibeg
Setiap polibeg diisi campuran tanah top soil dan pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1, ditambah 10 gr pupuk RP
5.     Pengecambahan
a.     Biji tanaman penutup tanah direndam dahulu dalam air hangat semalam sebelum dideder ke bedeng, untuk mempercepat keluar kecambah
b.    Setelah 4-5 hari biji tanaman penutup tanah baru berkecambah, kemudian ditanam ke polibeg ukuran 12 x 8 x 0,01 cm yang telah dipersiapkan
6.     Penyiangan
Penyiangan polibeg dilakukan minimal 1 bulan sekali
7.     Penyiraman
Penyiraman dengan alat bantu embrat dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore)
8.     Penanaman
Umur bibit tanaman penutup tanah ± 1 bulan biasanya sudah bersulur 2 payung dan dapat segera ditanam ke lapangan.



F.      Penanaman Tanaman Penutup Tanah
Sebagai tanaman penutup tanah (Legume Cover Crop/LCC) gunakan jenis Calopogonium caeroleum atau Mucuna.
Keberhasilan penanaman LCC secara mutlak harus diawali dengan lapangan yang betul-betul bersih bebas dari gulma.
Penanaman dilakukan dengan pola tanam mengikuti arah alur memanjang sejajar terasan.  Jarak tanam antar tanaman penutup tanah berkisar 6 x 3 meter dengan populasi 550 pohon/ha
Untuk mempercepat pertumbuhan LCC di lapangan dipupuk dengan dosis gram/pohon sebagai berikut :

Tabel 7.   Dosis Pemupukan LCC Sesuai Rekomendasi RC Getas
Umur
Urea
SP-36
MOP
1 Minggu
3 Minggu
5 Minggu
2
3
5
2
3
5
2
-
5
Sebagai pupuk dasar diberikan pupuk RP sebanyak 800 kg/ha efektif.


G.   Pembuatan Jalan, Jembatan dan Saluran Air
Untuk kebun-kebun bukaan baru, pembuatan jalan dan jembatan diperlukan  sebagai sarana transportasi barang/bahan dan kontrol kebun.
1.     Jalan Penghubung
Jalan penghubung adalah jalan yang menghubungkan antara lokasi dengan jalan umum.
a.     Lebar jalan yang diperkeras 3  meter
b.     Lebar bahu jalan 0,5 meter di kiri dan kanan jalan
c.     Ketebalan pasangan batu 15 - 20 cm padat (paseuk honje)
2.     Jalan Produksi
a.     Lebar jalan yang diperkeras 4 meter
b.     Lebar bahu jalan 0,5 meter di kiri dan kanan jalan
c.     Ketebalan pasangan batu 15 - 20 cm padat
3.     Jalan Kontrol
a.     Lebar jalan yang diperkeras 3 meter
b.     Lebar bahu jalan 0,5 meter di kiri dan kanan jalan
c.     Ketebalan pasangan batu 15 cm padat
Saluran air dibuat untuk penuntas air dengan tujuan agar lahan pertanaman dan jalan tidak tergenang air.

H.     Pemupukan
Sebelum dilakukan penanaman, lobang tanam diberi pupuk dasar RP dengan dosis 250 gram per lobang dan bahan organic 5 kg. Untuk mencegah serangan penyakit jamur akat putih (JAP) dapat juga diberikan biofungisida Trichoderma sp dengan dosis 200 gram per lobang.

I.       Penanaman
1.     Penanaman Karet baru bisa dilaksanakan bila curah hujan telah mencapai minimal 100 mm pada dekade (10 hari) pertama
2.     Bibit yang ditanam berupa bibit polibeg. dengan kriteria sebagai berikut :
a.     Bibit polybag yang ideal ditanam adalah 2 payung tua.
b.     Bebas dari penyakit jamur akar.
3.     Untuk penyulaman dianggarkan sebanyak 5 % pada waktu pembuatan pembibitan polibeg.   Waktu penyulaman dilaksanakan pada masa TTI dan TBM I pada Triwulan I.

VIII. TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM)

A.    Pemeliharan Jalan dan Saluran Air
Pembuatan jalan /saluran air sesuai dengan yang telah diprogramkan dalam peremajaan atau bukaan baru.  Pekerjaannya dilanjutkan dengan pengerasan jalan, diproyeksikan pada tiga tahap yaitu mulai TBM I/II/III. Untuk TBM IV dan V hanya pemeliharaan jalan dan saluran air, sehingga diharapkan pada TM I dan selanjutnya tidak ada hambatan dalam pengangkutan produksi dan angkut pupuk.

B.    Perbaikan Teras
Untuk mengurangi tingkat erosi dan memudahkan penyadapan, pada daerah yagn mempunyai kemiringan cukup besar agar diadakan perbaikan teras secara selektif dengan rotasi minimal setahun sekali.

C.    Pembuatan Rorakan

1.   Prinsip utama dalam pembuatan rorak kantong dan rorak panjang adalah lubang rorak harus memotong ujung akar lateral.
2.   Posisi rorak kantong di TBM II dan III berada di ujung perakaran tanaman  (Ukuran 80 cm x 40 cm x 40 cm) dengan intensitas 100 % populasi.
3.   Posisi rorak panjang di TBM IV dan V pada gawangan (Ukuran 200 cm x 40 cm x 40 cm) dengan intensitas 25% populasi dengan posisi zig zag satu sama lainya.

D.    Pengolahan Tanah
Untuk perbaikan fisik tanah perlu dilakukan penggemburan tanah pada teras :
1.   TBM I, II dan III berupa individual piringan pohon ± 40 cm diluar pohon
2.   TBM IV - V penggemburan dilaksanakan secara total setelah perbaikan teras
Penggemburan tanah dilaksanakan pada akhir musim hujan (Maret - April)

E.    Penyulaman
Penyulaman dilaksanakan pada TBM I menggunakan bibit polibeg dengan waktu aplikasi pada musim penghujan yaitu pada bulan Januari sampai bulan Pebruari atau bulan Nopember dan Desember.

F.    Penyiangan 
1.   Penyiangan Teras / Petakan
Pada TBM I penyiangan teras dilaksanakan secara manual dengan rotasi 12 kali setahun sedangkan  untuk TBM II - V dilaksanakan secara kimia menggunakan herbisida yang disesuaikan dengan jenis gulmanya yaitu menggunakan glyphosate untuk gulma berdaun sempit dan 2-4 Diamine untuk gulma berdaun lebar  (dosis 0,6 ltr/ha) dengan rotasi 4-6 kali setahun.
2.   Penyiangan Gawangan
a.     Pemberantasan alang-alang dilaksanakan secara spot spraying menggunakan herbisida glyphosate  dosis 5 lt/ha dengan rotasi 4-6 kali per tahun.
b.    Penyiangan di gawangan TBM dilaksanakan secara manual, kekayuan dan soft grass didongkel sehingga yang tersisa hanya tanaman penutup tanah. Rotasi penyiangan tanaman penutup tanah pada TBM I yang belum menutup bisa dilaksanakan 9 kali, pada TBM II dan seterusnya bisa dilaksanakan 4-6 kali setahun.

G.     Pemeliharaan Tanaman LCC
LCC setelah ditanam di gawangan karet dipertahankan dengan kondisi jalur bebas gulma. Pemeliharaan tanaman LCC dilakukan secara manual dengan rotasi 2 kali per bulan dengan tujuan untuk mempercepat tumbuhan LCC.  Pada saat menyiang gulma seluruh LCC jangan sampai terganggu (jangan diangka-angkat) penyiangan dilakukan 3 minggu sekali selama 2 bulan, selanjutnya penyiangan  4 minggu sekali.
H.    Pemberantasan Hama dan Penyakit
1.     Penyakit Jamur Upas (Corticium salmonicolor)
Pengendaliannya dengan menggunakan fungisida bahan aktif triadimefon  250 gram/liter, dilarutkan dalam konsentrasi 1 % (1 liter larutan untuk ± 10-15 pohon, dengan cara dioleskan menggunakan kwas dengan interval 1 minggu).

2.     Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus)
Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) merupakan salah satu penyakit yang berbahaya bagi tanaman karet oleh karena itu pengenalan gejala awal serangan dan pengendaliannya sangat penting dilakukan untuk mempertahankan populasi tanaman.
a.   Gejala dan Perkembangannya
Penyakit JAP disebabkan oleh jamur (Rigidoporus lignosus), yang mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada tajuk terlihat daun pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat kedalam, lalu gugur dan ujung ranting mati. Adakalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Sementara gejala pada perakaran, tampak benang-benang jamur berwarna putih dan agak tebal/rizomorf. Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar tanaman.
Pada serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman sering menular ke tanaman sekitarnya. Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat dengan tunggul-tunggul, sisa akar tanaman atau perakaran tanaman sakit.
Penyakit JAP sering dijumpai pada tanaman karet umur 1-5 tahun, terutama pada kebun yang bersemak, banyak tunggul atau sisa akar tanaman, terlebih pada tanah gembur atau berpasir.

b.  Pengendalian
Pengendaliannya dengan cara membuka leher akar, tanah digali sampai batas yang sakit.  Akar yang sudah mati dipotong dan dicabut untuk dimusnahkan (dibakar), sedangkan bagian akar yang sakit dan luka bekas potongan, setelah dibersihkan dari tanah yang melekat dilumas dengan Triadimefon 250 gram/liter atau bahan aktif Heksakonazol 5 gram/liter dengan dosis 2,5 - 5 ml/liter air/pohon.
Cara lain untuk pengendalian jamur akar putih yaitu akar disekeliling pohon dengan radius ± 25 cm disiram dengan larutan fungisida sebanyak 10 cc yang dicampur dalam 1 - 2 liter air.  Bila tanah di sekeliling akar tersebut padat/keras agar digemburkan dulu dan 6 (enam) bulan kemudian diperiksa kembali serta diulang aplikasinya.
Perlu juga dalam penanganan pohon yang terkena jamur akar putih, ada perlakuan untuk tidak merambat kepada pohon yang sakit, harus dibuatkan pula parit isolasi dengan memotong arah petakan ditengah-tengah, dengan ukuran 2 m x 0,3 m x 0,6 m (panjang x lebar x dalam) dan ditaburkan belerang pada parit tersebut sebanyak 250 gram.
Pengendalian dapat dilakukan secara hayati yaitu dengan menggunakan biofungisida Trichoderma sp dengan dosis 250 gram/pohon.  Untuk tindakan kuratif dengan cara dikikis dan hilangkan bagian yang terkena jamur akar putih kemudian taburkan Trichoderma sp pada bekas luka, kemudian ditutup dengan tanah.

3.     Penyakit Daun Colletotrichum
Penyakit gugur daun Colletotrichum disebabkan oleh jamur colletotrichum gloeosperioides yang mengakibatkan kerusakan daun, daun-daun muda yang terserang terlihat berwarna hitam, mengeriput, menggulung dan ujung daun mati akhirnya daun gugur. Pada daun dewasa terdapat bercak-bercak berwarna hitam berlubang dan daun berkeriput serta bagian ujungnya mati. Tanaman yang terserang berat tajuknya menjadi gundul sehingga pertumbuhannya terhambat.
Pengendaliannya dengan penyemprotan fungisida yang mengandung bahan aktif mankozeb dan klorotalonil dengan konsentrasi 0.2%. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat mistblower.
 
4.     Penyakit Daun Oidum heveae.
Biasanya menyerang tanaman yang berumur 4 tahun keatas dan pengendaliannya dilakukan penghembusan fungisida bahan aktif Triadimefon (belerang).

5.     Hama Uret (Exopholis sp)
Pengendalian hama secara preventif dilakukan dengan insektisida bahan aktif Etoprofos 10 % dengan dosis 10 gram per lubang tanam untuk daerah endemi terhadap serangan Exopholis.
Tanaman yang sudah mendapat perlakuan diberi tanda / cat berwarna hitam sesuai dengan perlakuan yang sudah diberikan di masing-masing kebun.  

I.      Pemupukan
1.     Pemupukan TBM menggunakan rekomendasi dari Balai yang terakhir, pemberian pupuk dimasukan kedalam rorakan dan selanjutnya ditutup seresah.  Masa kritis TBM Karet pada umur TBM I/II dan III, apabila pertumbuhan pada periode ini dibawah normal maka pertumbuhannya akan mengalami keterlambatan. Untuk itu TBM I s.d III perlu mendapat perhatian serius.  Aplikasi pupuk dilaksanakan 4 kali per tahun, yaitu :

a.     Aplikasi ke 1, bulan Pebruari - Maret
b.     Aplikasi ke 2, bulan April - Mei
c.     Aplikasi ke 3, bulan September - Oktober
d.     Aplikasi ke 4, bulan Nopember - Desember
Untuk TBM IV dan V dosis pemupukannya berdasarkan hasil analisa sampling daun oleh  Balai yang harus dipersiapkan contoh daunnya pada TBM III.

2.     Penggunaan Pupuk Organik
Semua TBM  diberi bahan organik dimasukan kedalam rorakan yang telah tersedia pada Triwulan III dengan dosi sebagai berikut :
a.      TBM I                     :   5 kg per pohon
b.      TBM II & III             : 10 kg per pohon
c.      TBM IV & V            : 40 kg per rorak

Tabel 9.   Dosis Pemupukan Karet Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Karet

TBM
Aplikasi
Urea
SP 36
KCl
Kieserite

I
I
II
III
IV
20
30
40
50
20
20
30
50
20
20
30
50
10
10
10
10
 Jumlah :
140
120
120
40
II

I
II
III
IV
50
75
75
75
50
50
50
75
50
50
50
75
15
20
20
20
Jumlah :
275
225
225
75
III

I
II
III
IV
75
100
100
100
75
75
75
75
75
75
75
75
25
25
25
25
Jumlah :
375
300
300
100
IV
I
II
III
100
150
150
100
100
100
100
100
100
30
30
40
Jumlah :
400
300
300
100
V

I
II
180
270
120
180
120
180
40
60
Jumlah :
450
300
300
100
Total
1.640
1.245
1.245
415

J.     Pembentukan Percabangan
Pembentukan percabangan pada TBM dilakukan pada ketinggian 2,6 m dari pertautan dengan teknis, sebagai berikut :

1.     Penyanggulan (Folding) yaitu duan payung teratas dalam kondisi hijau tua diikat atau disanggul dengan karet gelang. Setelah 1-2 minggu calon tunas pada ketiak daun akan mulai tumbuh, ikatan harus segera dibuka. Dengan cara ini tunas batang utama akan tetap tumbuh ke atas dan cabang yang dihasilkan posisinya bertingkat sehingga lebih tahan terhadap angin.
2.     Perompesan (Clipping) yaitu payung teratas yang sudah tua pada ketinggian 2,5-3 meter dirompes sebagian dan disisakan 2-3 tangkai daun. Tiga minggu kemudian tunas calon cabang akan tumbuh.
3.     Pemenggalan batang (topping) dilakukan pada umur tanaman ±1 tahun pada ketinggian 2,5-3 meter sedikit dibawah karangan mata bekas tangkai daun. Pada saat pemenggalan, bagian batang pada ketinggian tersebut sudah berwarna cokelat. Cara ini dilaksanakan bila rangsangan percabangan dengan cara folding dan clipping gagal.
4.     Pada saat pembentukan percabangan tanaman (cara topping, folding dan clipping) tidak boleh dilengkungkan, gunakan tangga berkaki tiga.
5.     Pada kebun-kebun yang ada pengaruh angin kuat pembentukan percabangan dilaksanakan pada ketinggian 2,50 m dari pertautan.
6.     Pengaturan percabangan, apabila di dalam satu pohon terdapat 4 atau 5 tunas, dilakukan seleksi dan dipertahankan 3 payung yang simetris/berimbang.

K.    Pengukuran Lilit Batang
Untuk monitoring perkembangan pertumbuhan tanaman karet perlu dilaksanakan pengukuran lilit batang yang dilaksanakan pada tanaman karet setelah tanaman berumur 12 bulan sampai dengan tanaman berumur 60 bulan.


IX. PEMELIHARAAN TANAMAN MENGHASILKAN (TM)

Kegiatan pemeliharaan pada Tanaman Menghasilkan diarahkan pada pencapaian produktivitas tanaman yang tinggi.
A.    Pemeliharaan Jalan dan Saluran Air
Tujuan pemeliharaan jalan pada tanaman menghasilkan adalah memperlancar angkutan kegiatan kebun.  Saluran air harus diperhatikan agar air terus mengalir, tidak menggenang, sehingga tidak mudah slip bila dilewati.  Waktu pelaksanaan perbaikan jalan dan saluran air sebaiknya pada musim kemarau menjelang musim hujan.
B.    Perbaikan Teras
Untuk mengurangi tingkat erosi dan memudahkan penyadapan, pada daerah yang mempunyai kemiringan cukup besar agar diadakan perbaikan teras secara selektif.  Rotasi sesuaikan dengan kebutuhan.
C.    Pembuatan Rorak dan Pengolahan Tanah
Sebagai usaha konservasi tanah dan menjaga kesuburan, dibuat rorak dengan ukuran 2 m x 0,4 m x 0,6 m secara selektif dan penggarpuan ringan dilakukan di gawangan.  Pelaksanaan penggarpuan ringan pada akhir musim hujan.
D.    Penyiangan Larikan
Tujuan penyiangan larikan / petakan agar memudahkan kegiatan penyadapan dan pemupukan yang tepat sasaran (pupuk dapat terserap oleh tanaman Karet).  Penyiangan khemis dilakukan 2-3 kali setahun. Lebar semprotan diharapkan 1,5 - 2 meter, menggunakan herbisida dengan dosis 0,5 ltr/ha - 0,75 ltr/ha per aplikasi.
E.    Penyiangan Gawangan
Penyiangan gawangan dilaksanakan secara manual, gulma jenis kekayuan didongkel dengan garpu atau cangkul. Rotasi penyiangan gawangan 4 kali dalam setahun, tergantung kondisi pertumbuhan gulma. 
Untuk pemberantasan alang-alang yang masih tersisa dilaksanakan dengan spot spraying, menggunakan  herbisida  berbahan aktif glyphosat atau sulphosat dengan dosis 2 liter/hektar efektif/aplikasi..
F.    Pemberantasan Hama dan Penyakit
1.     Jamur Upas (Cortisium salmonicolor)
Penyakit jamur upas menyerang pada daerah yang kelembabannya tinggi.  Pada prinsipnya pemberantasannya sama dengan pengendalian di TBM, hanya pemberantasan akan efektif pada stadia awal yaitu pada saat timbulnya stadia sarang laba-laba.

2.     Jamur Akar Putih
Pengendalian/pemberantasan pada prinsipnya sama dengan pengendalian di TBM.

3.     Penyakit Daun Oidum
Musim kering yang panjang diikuti cuaca mendung pada saat pertumbuhan daun muda akan mendorong perkembangan patogen dan menyerang daun muda sehingga menyebabkan daun gugur. Serangan penyakit daun Oidium harus dicegah secara preventif, oleh karena itu harus dilakukan sedini mungkin pada saat daun mulai bersemi (ngaleunca) dengan pucuk daun berwarna cokelat.
Penanggulangannya dengan menggunakan belerang cyrus, periode efektif untuk penyemprotan adalah pada saat daun muda berumur 1-15 hari dan dilakukan malam hari antara jam 01.00-05.00 WIB. Aplikasi penyemprotan belerang dilakukan dengan menggunakan dust blower yang kekuatannya mampu sampai ke puncak pohon.

Dosis pemakaian belerang tergantung tingkat serangan dan rotasi penyemprotan, umumnya berkisar 20 – 25 kg/ha/tahun. Apabila kondisi daun masih memerlukan penyemprotan lagi, maka dilakukan lagi penyemprotan dengan dosis sama dengan dosis terakhir, karena setiap klon tidak sama waktunya dalam pembentukan cuticula daun.
Penyemprotan belerang harus diulang lagi apabila setelah  penyemprotan pada pagi atau siang harinya turun hujan. Dosis untuk penyemprotan ulangan sama dengan dosis penyemprotan pada rotasi tersebut. Penyemprotan baru dihentikan apabila daun sudah membentuk cuticula (daun sudah berwarna hijau muda mengkilat).
4.     Mouldyrot
Penyakit bidang sadap mouldyrot terjadi pada musim hujan, akibat jamur yang tumbuh pada kulit pulihan. Gejala awal penyakit ditunjukkan dengan timbulnya bintik-bintik putih keabu-abuan pada permukaan kulit di atas irisan sadap.  Penyebaran penyakit melalui angin dan pisau sadap.
Pengendalian dilakukan dengan dua cara, yaitu tindakan preventif dengan melakukan usaha mengurangi kelembaban lingkungan dan menjaga sanitasi kebun, sedangkan tindakan kuratif dengan menggunakan fungisida dan diberi zat pewarna (agar memudahkan pengawasan) dioleskan di bagian terserang sampai 10 cm diatasnya.
5.     Pemberantasan Benalu
Benalu di Karet merupakan tumbuhan pengganggu (parasit), hal ini disebabkan akar benalu menyerap unsur hara tanaman pokok, akibatnya ranting / cabang mati, sehingga berpengaruh terhadap perolehan produksi tanaman.
Pengendalian dilakukan secara manual dengan memotong bagian tanaman pokok yang dihinggapi benalu. Luka bekas potongan sebaiknya ditutup dengan penutup luka.  Waktu pengendalian yang efektif yaitu pada masa gugur daun.
6.     Penanggulangan Kering Alur Sadap (KAS)
Penyakit KAS tidak menular dari pohon yang sakit ke pohon yang sehat, tetapi dapat meluas pada kulit yang seumur pada pohon yang sama.
Penyebab penyakit kering alur sadap (KAS) sampai sekarang belum diketahui secara pasti, diduga akibat  sistim eksploitasi produksi yang terlalu berat (gejala fisiologi tanaman).  Gejala KAS ditandai dengan mengeringnya kulit pada bidang sadap, yang merambat kebawah dan keatas bidang sadapan. Bila dibiarkan kulit akan mati dan pecah-pecah sehingga tidak bisa disadap lagi.
Penanggulangan pohon yang terserang KAS dapat dilakukan dengan teknik membuat parit  isolasi disekeliling bidang sadapan yang terkena KAS sampai kambium  dan dilumas dengan fungisida satu bulan sekali selama 3 bulan. Dapat juga menggunakan vitamin karet satu aplikasi setiap dua hari dua kali sadap, berarti setiap minggu sayukali aplikasi selama empat kali berturut-turut (sebulan). Pelaksanaan penanggulangan pohon yang terserang KAS hanya dilaksanakan pada kulit perawan BO-1 dan BO-2.

G.    Pemupukan
Pemupukan pada tanaman menghasilkan dilakukan 2 (dua) kali setahun dengan syarat curah hujan dalam satu dasarian sudah mencapai 100 mm semester I dan semester II.  Dosis pemupukan sesuai dengan rekomendasi Balai yang terakhir. Pemberian pupuk dengan cara dibenamkan di dalam rorak (cokrah). Penempatan pupuk setiap aplikasi harus berpindah-pindah pada lokasi yang mempunyai akar rambut (feeder root). Pencampuran pupuk mengikuti aturan yang berlaku, yaitu harus homogen dan dilakukan maksimal 24 jam sebelum aplikasi.

Untuk menentukan dosis pupuk yang dipakai, dilaksanakan analisa daun oleh Balai dan pelaksanaannya awal tahun, sehingga dalam waktu 1 - 2 bulan sudah dapat ditentukan dosisnya.  Rekomendasi yang diberikan berdasarkan kondisi pada setiap blok kebun.X. PANEN / PEMUNGUTAN HASIL

A.    Kriteria Matang Sadap
1.     Umur tanaman mencapai 4 - 5 tahun.
2.     Lilit batang sudah mencapai ³ 45 cm, pada ketinggian 1 (satu) m di atas permukaan tanah.
3.     Ketebalan kulit mencapai 6 - 7 mm.
4.     Kondisi pohon sehat dengan ditandai warna daun hijau tua dan mengkilat.
5.     Tanaman pada satu areal dapat disadap apabila 60 % dari populasi tanaman telah   mencapai matang sadap. Apabila ditemukan areal dengan pertumbuhan tanaman yang heterogen, maka untuk areal tersebut dapat dibuatkan batas demarkasi. Sehingga apabila dalam satu batasan demarkasi 60 % populasi tanaman lebih matang sadap akan dapat dilakukan penyadapan parsial.
B.    Bukaan Sadapan
1.     Waktu
a.     Bukaan sadap dilakukan pada :
Ø  Bulan Oktober
Dengan memperhatikan :
Ø  Kondisi daun sudah hijau tua mengkilat
Ø  Curah hujan mendukung
b.    Bukaan sadap yang dilakukan pada bulan Oktober s.d Desember, tidak dimasukkan sebagai tahun sadap pertama.

2.     Tinggi Bukaan Sadap
a.     Sadap Kearah Bawah (SKB)
Ø  Tinggi bukaan sadapan 130 cm di atas pertautan okulasi untuk bidang sadap B0-1 dan bidang sadap B0-2.
Ø  Tinggi bukaan sadapan pada kulit pulihan (B1-1 dan B1-2), tingginya mengikuti bukaan sadap awal di kulit perawan.
b.    Sadap Kearah Atas (SKA)
Tinggi bukaan bidang sadapan H1 dan H2, 2 cm diatas bukaan sadap SKB.
Catatan :
Ø  2 cm untuk pembuatan gunungan dan selokan bawah, sehingga lelehan lateks dapat dihindarkan.
Ø  Sudut kemiringan sadapan 40° terhadap horizontal

3.     Letak Sarana
a.     Letak Mangkok
Untuk memudahkan inventarisasi tata guna kulit, maka posisi mangkok adalah sebagai berikut :
Ø  Pada jalur sistem kontour
Posisi mangkok pada bukaan pertama berada pada titik terendah dari lereng dan memotong tegak lurus alur petakan
Ø  Pada jalur sistem jajaran (land verband)
Mangkok selalu memotong larikan dan berada disebelah timur
b.    Letak Spout (Corong) 5 - 10 cm dari alur sadap terendah, sedangkan letak mangkok 5 - 10 cm dari corong.

C.    Hanca Sadapan
1.     Hanca sadapan adalah jumlah pohon yang disadap tiap gilir sadap pada suatu lahan yang ditetapkan.

2.     Jumlah pohon per hanca disesuaikan dengan umur tanaman dan topografi
a.     Pohon per hanca SKB/DTS
Tabel 12.  Pohon per Hanca SKB/DTS
Komposisi
Tanaman
Tahun Sadap
Ke
Topografi
Datar
Berbukit
1.     Remaja
2.     Taruna
3.     Dewasa
4.     Madya
5.     Tua
1 - 5
6 - 10
11 - 15
16 - 20
21 - 25
500 - 450
500 - 450
450 - 400
400 - 375
375 - 300
400 – 350
400 - 350
350 - 300
300 - 275
275 – 250

b.    Untuk sadap SKA/UTS jumlah pohon per hanca ditentukan dari tinggi bidang sadap.
3.     Batas hanca
a.     Warna
Untuk memudahkan pengawasan perlu ditentukan warna polet batas hanca sesuai dengan gilir sadap, sebagai berikut :
Ø  Polet warna merah untuk gilir A
Ø  Polet warna kuning untuk gilir B
Ø  Polet warna hijau untuk gilir C


b.    Polet
Ø  Polet 1 untuk batas hanca
Ø  Polet 2 untuk batas gilir
Ø  Lebar poletan 5 cm melingkar pohon
Ø  Tinggi poletan 160 cm dari tanah
Ø  Diatas polet diberi nomor hanca
D.    Teknik Penyadapan
1.     Proses penyadapan
Menyadap pohon Karet merupakan suatu proses pekerjaan yang harus dilakukan berdasarkan urutan sebagai berikut :
a.     Mengambil dan mengumpulkan lump kemudian mangkok ditelungkupkan
b.    Memasang dan membetulkan talang sadap
c.     Menyadap/mengiris pohon Karet dengan lebih dahulu mengambil scrap
d.    Memungut hasil
2.     Intensitas Sadap
a.     Intensitas sadap adalah berat ringannya sistim sadap yang dinyatakan dalam persen (%).
b.    Dasar hitungannya dari S1/D1 setara dengan 400 %.
c.     Perhitungan :
-          S2/D3               =  ½ x 1/3 x 400 %                    =   67 %
-          S2/D2               =  ½ x ½ x 400 %                      = 100 %
-          2S2D3              =  2 x ½ x 1/3 x 400 %               = 133 %
E.    Pemakaian Kulit
1.     Standar Pemakaian Kulit
Tabel 13.  Standar Pemakaian Kulit Quick Starter

Tahun
Sadap
 Ke

Sistem
Sadap


Panel
Pemakaian kulit per irisan (mm)
Pemakaian kulit per Bulan (cm)
Pemakaian kulit per Tahun (cm)
Tebal Irisan
Tegak Pohon
Tebal Irisan
Tegak Pohon
Tebal Irisan
Tegak Pohon

1- 5
6 - 9
10 - 14
15 - 18
19
 20


S2  ↓  D3
S4  ↑  D3
S2  ↓   D3
S4  ↑   D3
Free Tap
Free Tap

B0-1
H0-1
B0-2
H0-2
H0-1
H0-2


1.5
2.3
1.5
2.3


2.0
3.0
2.0
3.0


1.5
2.3
1.5
2.3


2.0
3.0
2.0
3.0


18
23
18
23


24
36
24
36


Tabel 14.  Standar Pemakaian Kulit Slow Starter

Tahun
Sadap
 Ke

Sistem
Sadap


Panel
Pemakaian kulit per irisan (mm)
Pemakaian kulit per Bulan (cm)
Pemakaian kulit per Tahun (cm)
Tebal Irisan
Tegak Pohon
Tebal Irisan
Tegak Pohon
Tebal Irisan
Tegak Pohon

1- 5
6 - 10
11

12

13

14

15

16

17

18

19
20


S2  ↓ D3
S2  ↓ D3
S2  ↓ D3
S4  ↑ D3
S2  ↓ D3
S4  ↑ D3
S2  ↓ D3
S4  ↑ D3
S2  ↓ D3
S4  ↑ D3
S2  ↓ D3
S4  ↑ D3
S2  ↓ D3
S4  ↑ D3
S2  ↓ D3
S4  ↑ D3
S2  ↓ D3
S4  ↑ D3
Free Tap
Free Tap

B0-1
B0-1
B1-1
H0-1
B1-1
H0-1
B1-2
H0-1
B1-1
H0-1
B1-2
H0-2
B1-2
H0-2
B1-2
H0-2
B1-2
H0-2


1.5
1.5
1.5
2.3
1.5
2.3
1.5
2.3
1.5
2.3
1.5
2.3
1.5
2.3
1.5
2.3
1.5
2.3



2.0
2.0
2.0
3.0
2.0
3.0
2.0
3.0
2.0
3.0
2.0
3.0
2.0
3.0
2.0
3.0
2.0
3.0


1.5
1.5
1.5
2.3
1.5
2.3
1.5
2.3
1.5
2.3
1.5
2.3
1.5
2.3
1.5
2.3
1.5
2.3


2.0
2.0
2.0
3.0
2.0
3.0
2.0
3.0
2.0
3.0
2.0
3.0
2.0
3.0
2.0
3.0
2.0
3.0


18
18
18
23
18
23
18
23
18
23
18
23
18
23
18
23
18
23


24
24
24
36
24
36
24
36
24
36
24
36
24
36
24
36
24
36


2.     Tanda Pemakaian Kulit
a.     Ciri Triwulan
Ø  Totolan dilaksanakan 3 bulan sekali dengan menggunakan cat
Ø  Untuk membedakan tiap triwulan digunakan warna
-          Akhir Desember,     warna merah
-          Akhir Maret,            warna putih
-          Akhir Juni,               warna kuning
-          Akhir september,     warna putih
Ø  Penotolan dilaksanakan ditengah-tengah bidang sadapan.
b.    Ciri bulan
Ø  Cukup dilakukan pada selokan depan dan belakang, dengan cara menggunakan pisau sadap
Ø  Kedalaman goresan 1,5 - 2 mm, jangan sampai keluar lateks
Ø  Dilaksanakan setiap bulan oleh penyadap
3.     Kemiringan Alur Sadapan
Kemiringan alur sadap untuk SKB adalah 40° terhadap horizontal sedangkan untuk SKA 40° - 50°.  Untuk pengawasan kemiringan alur sadap dan konsumsi kulit harus dibuat gambar bidang sadap uintuk periode 3 bulan.
4.     Kedalaman Sadapan
Kedalaman sadapan antara 0,8 - 1,2 mm dari kambium agar diperoleh produksi yang optimal.
5.     Waktu Menyadap
Mulai menyadap yang baik adalah pada saat tekanan turgor dalam keadaan optimal.
a.      Mulai menyadap jam 03.00 - 05.00 WIB pagi
b.      Selesai menyadap maksimal jam 08.00 WIB
6.     Hari Sadap
a.     Ketentuan hari sadap adalah sebagai berikut :
Ø  Jumlah hari dalam setahun                     =  365 hari
Ø  Hari raya/libur resmi tidak nyadap           =  5 hari
Ø  Hari libur minggu menyadap                   =  52 hari
Ø  Jumlah hari sadap setahun                     =  365 - 5 hari = 360 hari
b.    Untuk sistem sadap S2/D3 jumlah hari sadap setahun :
 

                                            360    = 120 hari / gilir
                                              3

7.     Pohon BB (Brown Bast) /KAS
Pohon yang terkena BB/KAS tetap dilaksanakan penyadapan seperti pohon yang normal sambil dilakukan pengobatan. 

F.    Tata Guna Kulit

Teknis penyadapan berdasarkan pada tipologi klon atau prinsip diagnosis lateks dimana masing-masing klon mempunyai sifat metabolisme tinggi artinya kemampuan klon karet mengubah asimilat menjadi lateks tergolong cepat dan metabolisme rendah artinya kemampuan klon karet mengubah asimilat menjadi lateks tergolong lambat.

Pertimbangan nilai kini lebih diutamakan daripada nilai nanti, sehingga tata guna panel bisa dipercepat.  Penggalian potensi produksi secara cepat pada klon quick starter artinya puncak produksi pada awal siklus ekonomi. 

Dengan demikian perlu adanya tata cara yang mengatur penggunaan kulit sebagai berikut :

1.                   Umur ekonomis penyadapan selama 20 tahun sadap
2.                   Pengelompokkan klon
a.     Metabolisme tinggi, sebagai klon quick starter, ada 27 klon yaitu : PB 235, PB 260, PB 280, PB 340, RRIM 712, IRR 1, IRR 2, IRR 3, IRR 4, IRR 5, IRR 6, IRR 7, IRR 8, IRR 100, IRR 103, IRR 104, IRR 105, IRR 106, IRR 107, IRR 109, IRR 110, IRR 111, IRR 112, IRR 117, IRR 118, IRR 119 dan IRR 120.
b.    Metabolisme sedang, sebagai klon slow starter, ada 11 klon yaitu : GT 1, BPM 1, BPM 24, PR 255, PR 261, PR 300, PB 330, RRIC 100, RRIC 110, RRIM 717 dan IRR 9.
c.     Metabolisme rendah, sebagai klon slow starter, ada 10 klon yaitu : AVROS 2037, BPM 107, BPM 109, PB 217, RRIC 102, PR 303, TM 2, TM 6, TM 8 dan   TM 9.
3.                   Tata Guna Kulit
a.      Klon Quick Starter
Klon Quick Starter tidak membutuhkan kulit pulihan
Ø  Bidang B0 – 1
a)   Adalah kulit perawan (Virgin Bark)
b)  Disadap selama 5 (lima) tahun dengan ketentuan sbb :
Tahun Sadap ke 1 – 5 :
-      Disadap  S2 $ D3 (SKB)
-      Penyadapan dilakukan hanya pada hari-hari kerja efektif dan minggu atau libur
 yang direncanakan
Ø  Bidang H0 – 1
a)   Adalah kulit perawan (Virgin Bark), diatas  panel B0 - 1
b)  Disadap selama 4 (empat) tahun dengan ketentuan sbb :
- Tahun sadap ke 69
- Disadap  S4 # D3 (SKA)
- Penyadapan dilakukan hanya pada hari-hari kerja efektif dan   minggu atau libur yang direncanakan.
Ø  Bidang B0 – 2
a)   Adalah kulit perawan (Virgin Bark), berseberangan dengan panel B0 - 1
b)  Disadap selama 5 (lima) tahun dengan ketentuan sbb :
- Tahun sadap ke 10 – 14
- Disadap S2 $ D3 (SKB)
- Penyadapan dilakukan hanya pada hari-hari kerja efektif dan   minggu atau libur yang direncanakan.
Ø  Bidang H0 – 2
a)   Adalah kulit perawan (Virgin Bark), diatas  panel B0 - 2
b)  Disadap selama 4 (empat) tahun dengan ketentuan sbb :
- Tahun sadap ke 15 – 18
- Disadap S4 # D3 (SKA)
- Penyadapan dilakukan hanya pada hari-hari kerja efektif dan   minggu atau libur yang direncanakan.
Ø  Sadap bebas pada umur sadap 19 - 20
a)   Pada umur sadap 19 pada panel H0 – 1
b)  Pada umur sadap 20 pada panel H0 – 2
c)   Penyadapan dilakukan hanya pada hari-hari kerja efektif dan   minggu atau libur yang direncanakan.

b.      Klon Slow Starter
Klon Slow Starter membutuhkan kulit pulihan
Ø     Bidang B0 – 1
a)   Adalah kulit perawan (Virgin Bark)
b)  Disadap selama 5 (lima) tahun dengan ketentuan sbb :
Tahun Sadap ke 1 – 5 :
-  Disadap S2 $ D3 (SKB)
-  Penyadapan dilakukan hanya pada hari-hari kerja efektif dan minggu atau libur yang direncanakan

Ø     Bidang B0 – 2
a)   Adalah kulit perawan (Virgin Bark), berseberangan dengan panel B0 - 1
b)  Disadap selama 5 (lima) tahun dengan ketentuan sbb :
- Tahun sadap ke 6 – 10
- Disadap S2 $ D3 (SKB)
- Penyadapan dilakukan hanya pada hari-hari kerja efektif dan   minggu atau libur yang direncanakan.
Ø     Bidang B1 – 1
a)   Adalah kulit pulihan pertama dari B0 – 1 ( Renewel Bark)
b)  Disadap selama 4 (empat) tahun dengan ketentuan sbb :
- Tahun sadap ke 11 – 14
- Disadap S2 $ D3 (SKB)
- Penyadapan dilakukan hanya pada hari-hari kerja efektif dan   minggu atau libur yang direncanakan.
Ø     Bidang B1 – 2
a)   Adalah kulit pulihan pertama dari B0 – 2 ( Renewel Bark)
b)  Disadap selama 4 (empat) tahun dengan ketentuan sbb :
- Tahun sadap ke 15 – 18
- Disadap S2 $ D3 (SKB)
- Penyadapan dilakukan hanya pada hari-hari kerja efektif dan   minggu atau libur yang direncanakan.
Ø     Bidang H0 – 1
a)   Adalah kulit perawan (Virgin Bark), diatas  panel B1 - 1
b)  Disadap selama 4 (empat) tahun dengan ketentuan sbb :
- Tahun sadap ke 1114
- Penyadapan dilakukan hanya pada hari-hari kerja efektif dan   minggu atau libur yang direncanakan pada bulan-bulan tersebut di atas.
Ø     Bidang H0 – 2
a)   Adalah kulit perawan (Virgin Bark) diatas panel B1 - 2
b)  Disadap selama 4 (empat) tahun dengan ketentuan sbb :
- Tahun sadap ke 15 – 18
- Penyadapan dilakukan hanya pada hari-hari kerja efektif dan   minggu atau libur yang direncanakan pada bulan-bulan tersebut di atas.

Ø     Sadap bebas pada umur sadap 19 - 20
a)   Pada umur sadap 19 pada panel H0 – 1
b)  Pada umur sadap 20 pada panel H0 – 2
c)   Penyadapan dilakukan hanya pada hari-hari kerja efektif dan   minggu atau libur yang direncanakan

G.    Program Stimulansia

1.             Fungsi
Stimulansia berfungsi untuk menunda/ menghambat pembekuan lateks pada pembuluh lateks.

2.             Aplikasi
a.      Syarat-syarat pohon yang di stimulansia :
Ø     Pohon dalam kondisi sehat
Ø     Tidak dalam keadaan gugur daun/daun muda
Ø     Pohon mendapatkan pemupukan yang rasional
Ø     DRC (KKK) pohon > 25 %

b.      Pelaksanaan Stimulansia tergantung dari umur sadap dan posisi sadap.
c.      Cara Aplikasi.
Ø    Stimulansia air 2,5 % untuk SKB
Ø  Urutan cara kerja sebagai berikut :
-             Scrap dibuka
-             Getah yang dikeluarkan ditunggu  sampai kering
-             Alur sadap dibersihkan kembali
-             Ditetes stimulansia air 2,5 % sebanyak 2 tetes (0,5 gram), kemudian diratakan
Ø  Stimulansia sawit 2,5 % untuk SKA
-        Urutan cara kerja sebagai berikut :
-        Kulit discrapping selebar 2,5 cm dengan pisau scrapper untuk 1 bulan sampai kulit pasir
-        Ditunggu 0,5 – 1 jam agar mengering
-        Bersihkan dengan lap
-                   Oleskan 1 – 1,2 gram stimulansia sawit 2,5 % per pohon hinga merata
H.     Siklus Penyadapan dan Penyadapan Double Cutting
1.              Siklus Penyadapan
Yang dimaksud dengan siklus penyadapan adalah lama periode penyadapan sejak tanaman mulai disadap (TM I) sampai tahun terakhir tanaman disadap.
2.              Penyadapan Double Cutting
a.     Yang dimaksud dengan penyadapan double cutting adalah sistem sadap dengan mengkombinasikan sistem sadap 1/2S¯d/3 pada panel B1-1 dengan sistem sadap 1/4S­d/3.ET 2,5%.Ba.0,5.16/y(2w) pada panel HO-1.
b.    Penyadapan ¼ S­d/3.ET.2,5% Ba.0,5.16/y(2w) pada panel HO-1 dilakukan pada bulan-bulan produksi tinggi.
c.     Penyadapan dengan sistem double cutting hanya dilakukan pada bulan Maret – Juli (MAMJJ).
d.    Setiap 3 – 4 bulan posisi bidang sadap pindah dari HO-1.1 ke HO1.2.
3.              Notasi Sistem Sadap/Eksploitasi
Tabel 17. Sistem Eksploitasi Sadapan
    
Notasi Lama
Arti
GAS
Ga = Grove Applicattion System, yaitu metode pemberian stimulanndengan cara mengambil skrap terlebih dahulu, kemudian dilakukan pengolesan stimulan pada alur sadap
SAS
SAS = Scrap Application System, notasi ini diubah menjadi Ba atau Bark Application System, yaitu metode pemberian stimulan dengan terlebih dahulu mengerok kulit pasir yang ada di atas irisan sadap selebar 1 – 2 cm, kemudian dilakukan pengolesan stimulan, metode ini hanya dilakukan pada penyadapan SKA.
GAS 15
Angka di belakang notasi Ga menunjukkan dosis stimulansia dan frekuensi pemberian. Misal : Ga 0,5.18/y(2w) berarti dosis aplikasi stimulan secara grove application system adalah 0,5 gr/aplikasi, dilakukan selama 18 kali/tahun, interval 2 minggu sekali.
1/2S¯D3+E2,5% GAS 15
Sistem sadap ke arah bawah, dengan panjang irisan irisan ½ spiral. Penyadapan dilakukan 3 hari sekali ½ spiral, dengan menggunakan stimulansia konsentrasi 2,5%, diaplikasikan secara grove application system. Dosis aplikasi stimulan adalah 0,5 gr/aplikasi, dilakukan selama 18 kali/tahun interval 2 minggu sekali.


I.      Klasifikasi Penyadap
1.      Analisa Kerja
a.     Tentukan 10 pohon setiap gilir hanca per penyadap
b.    Periksa mutu sadapan :
Ø  Pemakaian kulit
Ø  Dalamnya sadapan
Ø  Luka sadapan
Ø  Kemiringan alur sadap
Ø  Pohon tidak disadap
Ø  Letak sarana (corong / mangkok / selokan belakang)
c.     Periksa kebersihan dan kelengkapan :
Ø  Pohon
Ø  Mangkok
Ø  Ember
Ø  Pisau ( harus ada 2 buah )
d.    Hitung angka penilaian hasil pemeriksaan rata-rata dari 3 gilir hanca, sesuai dengan bobot penilaiannya, sehingga diperoleh klasifikasi :
Ø  Kelas A
Ø  Kelas B
Ø  Kelas C

Dalam menentukan kelas mengacu kepada besar dan kecilnya angka penilaian kebenaran, untuk norma sadap yang benar diberikan nilai, sedang yang tidak memenuhi kriteria/salah tidak diberi nilai, kecuali untuk pemakaian kulit dan luka sadapan.
Dari hasil penilaian didapat klasifikasi seperti dibawah ini (lihat tabel).

Tabel 18.   Klasifikasi Penyadapan
Angka Kebenaran
Kelas
425 - 500
A
375 - 424
B
300 - 374
C

Untuk panel B0-1 dan B0-2 bila terdapat penyadap kelas C, 2 kali berturut-turut dipindahkan ke tanaman tua.

2.      Pelaksana Kerja
a.     Pengawas / pemeriksa sadap (Tap Kontrol) dilaksanakan oleh para petugas Tap Kontrol kebun
b.    Petugas-petugas Tap Kontrol dalam oprasional dikoordinir oleh seorang Koordinator Tap Kontrol
c.     Rasio Tap Kontrol 1 : 50
d.    Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Administratur.

3.      Tanda Kontrol
a.      Mandor sadap, mandor besar sadap dan Kepala Afdeling secara situasional dalam upaya pembinaan dan perbaikan sadapan harus melaksanakan pengawasan terhadap bidang sadap, tetapi tidak berlaku untuk penentuan kelas penyadap.
b.      Untuk memudahkan pengawasan, maka warna tanda kontrol dibedakan sebagai berikut :
Ø Petugas / Koordinator Tap Kontrol       : Merah
Ø Sinder Kepala / Administratur               : Biru
Ø Sinder Afdeling / Asisten                     : Hitam
Ø Mandor besar sadap                           : Hijau
Ø Mandor sadap                                     : Kuning
4.      Administrasi Premi
Untuk membuat daftar premi Karyawan yang mengacu kepada hasil Tap Kontrol, tetap dilaksanakan oleh Afdeling bersangkutan.
5.      Penjelasan
a.      Pemakaian Kulit
Ø Pemakaian kulit erat sekali hubungannya dengan kesehatan tanaman dan cadangan kulit selama satu siklus umur tanaman.
Ø Semakin boros pemakain kulit, semakin dibutuhkan energi untuk pemulihan, sehingga kesehatan tanaman terganggu dan siklus umur tanaman pendek.
Ø Pemakaian kulit diukur dari goresan ke goresan ciri bulan lalu (tegak pohon)
Ø Standar pemakaian kulit mengacu kepada tabel 11 halaman 30.
Tabel 19.   Pengawasan Pemakaian Kulit
No
Pemeriksaan
Dalam Buku
Tanda pada Pohon
Keterangan
1
Benar
B
Tidak ada tanda

2
Salah
S
> 
Pada bidang sadapan

Bobot penilaian :
Ø Benar mendapat 15 poin/pohon ( 150 poin/10 pohon )
Ø Salah diberi penalti/sanksi -10 poin/pohon setiap kesalahan ½ cm ke atas perbulan untuk kulit perawan, diberi penalti/sanksi -5 poin per pohon setiap kesalahan ½ cm keatas per bulan untuk kulit pulihan.
b.      Dalamnya Sadapan
Ø   Agar diperoleh produksi yang optimal, diusahakan kedalaman sadapan  1 mm dari kambium, tanpa membuat luka sadap
Ø   Standar kedalaman sadapan :
Ø  Minimal          0,8 mm
Ø  Optimal          1,0 mm
Ø  Maksimal       1,2 mm
Ø   Kriteria dalamnya sadapan :
Ø  Benar
Ø  Salah

Tabel 20.  Pengawasan Dalamnya Sadapan
No
Pemeriksaan
Dalam buku
Tanda Pada Pohon
Keterangan
1
Benar
B
-

2
Salah
S
-
Diatas
Tusukan

> 1,2 mm

Kd






< 0,8 mm

Td

Catatan :           Kd        : Kurang dalam
                                Td        : Terlalu dalam
Pemeriksaan dilakukan tiga tusukan (masing-masing 1/3 alur).

Ø  Bobot Penilaian :
Ø Benar     = mendapat 15 poin /pohon (150 poin /pohon)
Ø Salah      = Tidak diberi bobot nilai

c.      Luka Sadapan
Ø   Luka kayu akan mengakibatkan kerugian pada masa mendatang, karena sukar sembuh.
Ø   Standar luka sadapan :
Ø  Luka kecil < 1 cm x 0,5 cm
Ø  Luka besar > 1 cm x 0,5 cm.
Ø           Kriteria luka sadapan :
Ø  Luka kecil
Ø  Luka besar
Tabel 21.  Pengawasan Luka Sadapan
No
Pemeriksaan
Dalam buku
Tanda pada Pohon
Keterangan
1
Luka kecil
Lk
-
Pada luka
2
Luka besar
Lb
X
Pada luka
Ø   Bobot penilaian :
Ø Tidak ada luka diberikan bonus + 10 poin/pohon (100 /10 pohon)
Ø  Luka kecil dikenakan pinalti/sanksi  -10 poin/ph (-100 /10 pohon)
Ø  Luka besar dikenakan pinalti/sanksi -20 poin/ph (-200 /10 pohon)

d.      Kemiringan Alur Sadap
ØMiring alur sadap 40° terhadap horizontal.
Ø    Kemiringan alur sadap secara bertahap akan berubah pada SKB, semakin rendah posisi keratan secara alami akan menjadi 30°, yaitu :
Ø  130 - 91 cm = 40°
Ø    90 - 41 cm = 35°
Ø  < 40 cm = 30°
Ø   Pada saat SKA, semakin tinggi posisi keratan dari permukaan tanah, secara alami akan menjadi 50°, yaitu :
Ø  130 - 150 cm = 40°
Ø  151 - 172 cm = 42,5°
Ø  173 - 195 cm = 45°
Ø  196 - 220 cm = 47,5°
Ø  > 220 cm = 50°
Ø   Kriteria kemiringan alur sadap :
Ø  Benar
Ø  Salah
   Tabel 22.   Pengawasan Kemiringan Alur Sadap
No
Pemeriksaan
Dalam buku
Tanda pada Pohon
Keterangan
1
Benar
B
Tidak ada tanda

2
Salah
S



a. >

( > )
Pada bidang sadap

b. <

( < )
Pada bidang sadap
Ø   Bobot penilaian :
Ø  Benar    = Mendapat 10 poin/pohon ( 100 /10 pohon )
Ø  Salah    = Tidak diberi bobot nilai.

e.      Letak Sarana
Ø   Untuk bisa menampung tetesan latek semaksimal mungkin perlu adanya ketepatan letak sarana penampung latek.
Ø   Untuk tertibnya keratan setengah sepiral perlu adanya selokan belakang yang jelas.
Ø   Standar letak sarana :
Ø  Letak corong 5 - 10 cm dari ujung keratan.
Ø  Letak mangkok 5 - 10 cm dari corong.
Ø   Selokan belakang agar dibuat garis lurus sepanjang 6 cm sebagai batas alur sadap dan pembagi panel tepat setengah spiral.
Ø   Dalamnya selokan belakang 1,5 - 2 mm, jangan sampai keluar getah
Ø   Kriteria letak sarana :
Ø Benar
Ø Salah.

Tabel 23.   Pengawasan Letak Sarana
No
Pemeriksaan
Dalam Buku
Tanda pada Pohon
Keterangan
1
Benar
B
Tidak ada tanda






2
Salah
S
(                   )
Diberi tanda dengan kapur kontrol pada jarak yang diharapkan

Ø  Bobot penilaian :
Ø  Benar = Mendapat 10 poin/pohon ( 50 /10 pohon )
Ø Salah      = Tidak diberi bobot nilai.

f.       Pohon Tidak Disadap
Ø          Pohon tidak disadap sangat berpengaruh kepada perolehan produksi.
Ø          Bila kedapatan pohon tidak disadap diluar dari 10 pohon yang sedang diperiksa maka dikenakan sanksi ( finalti dengan poin -10).
Ø          Pohon yang dimaksud adalah :
Ø    Pohon yang sengaja tidak disadap karena penyadapan malas.
Ø   Tidak disadap karena tidak ada sarana sadapnya.
Ø          Untuk memudahkan pengawasan, maka pohon BB harus diberi tanda pada panel H1 atau H2 diatas luka keratan bukaan SKB, sejajar dengan bidang yang terserang BB pada ketinggian 160 cm dari permukaan tanah.

Contoh :
                                       10 cm                                      
              
                                              BB                                    
               10 cm                                                  
                                      
Bulan / Tahun                            
  
Tabel 24.   Pengawasan Pohon Tidak Disadap
No
Pemeriksaan
Dalam buku
Tanda pada Pohon
Keterangan

1

Pohon tidak disadap


PTD

( x )

Dibawah latek mangkok

Ø   Bobot penilaian :
 Setiap pohon yang tidak disadap dikenakan finalti - 10 poin /pohon.
Ø   Jumlah finalti tergantung jumlah pohon yang ditemukan.
           
g.      Kebersihan/Kelengkapan
Ø   Dalam rangka mempertahankan mutu latek yang berkaitan dengan ISO 9000 maka kebersihan mangkok, ember dan kelengkapan pisau perlu mendapat perhatian.
Ø   Standar kebersihan/kelengkapan :
Ø           Pohon          :       2 cm dibawah alur sadap harus bebas dari lelehan-lelehan latek (nyelewer) baik basah maupun yang sudah mengering.
Ø           Mangkok      :       bagian dalam harus bersih (bebas dari filamen-filamen/latek yang mengering).
Ø           Ember          :       badeng dan ember harus bersih (bebas dari filamen-filamen / latek yang mengering).
Ø           Pisau sadap  :      Setiap penyadap harus membawa 2 buah pisau selalu dalam keadaan tajam
Ø   Kriteria kebersihan/kelengkapan :
Ø  Bersih/lengkap
Ø  Kotor/tidak lengkap

Tabel 25.   Pengawasan Kebersihan/Kelengkapan

No
Pemeriksaan
Dalam Buku
Tanda Pada Pohon
Keterangan
1



2



3



4
Pohon :
-         - Bersih
-         - Kotor

Mangkok :
-         - Bersih
-         - Kotor

Ember :
-         - Bersih
-         - Kotor

Pisau :
-         - Lengkap
 - Tidak

B
K


B
K


B
K


L
T

(Tidak ada tanda)







               
Ø   Bobot penilaian :
Ø  Pohon bersih   : Mendapat bobot nilai 1 poin/pohon (10 poin /10 pohon)
Ø  Pohon kotor    : Tidak mendapat bobot nilai     
Ø  Mangkok bersih: Mendapat bobot nilai 2 poin/pohon (20 poin /10 pohon)
Ø  Mangkok kotor                        : Tidak mendapat bobot nilai
Ø  Ember bersih   : Mendapat nilai 10 poin untuk semua ember yang ada.
Ø  Ember kotor    : Tidak mendapat bobot nilai
Ø  Pisau lengkap : Mendapat bobot nilai 10 poin
Ø  Tidak lengkap  : Tidak mendapat bobot nilai

Ø   Tanda bulan tidak termasuk penilaian karena penilaian obyektif hanya bisa dilaksanakan pada panel B0-1/B0-2 sedang posisi lainnya tidak memungkinkan lagi, seperti halnya pada panel H1/H2 yang sudah tinggi.
Ø   Untuk tanda bulan oleh penyadap cukup dengan goresan bagian depan dan bagian belakang alur sadap pakai ujung pisau sepanjang 0,3 - 0,4 cm sedalam 1,5 - 2 mm.
Ø   Secara berkala (triwulan) totol bulan dilaksanakan oleh tenaga khusus bersamaan dengan gambar sadapan.

J.     Pedoman Untuk menentukan Potensi Tanaman ( Produktivitas Kg/Ha/Th )
1.      Sebagai pedoman dalam menentukan potensi tanaman, agar dipedomani standar produktivitas tanaman Karet disesuaikan dengan tipe iklim setempat dan tahun sadap.
2.      Untuk koreksi dalam penentuan target, data diambil dari produksi selama 5 tahun per tahun tanam per blok, potensinya diukur terhadap standar, sehingga setelah ditemukan koefisien potensi produksi per tahun tanam, selanjutnya diperhitungkan target produksi jumlah pohon yang disadap dikalikan standar dikalikan koefisien potensi.


K.    Evaluasi Sadapan
1.      Untuk mengantisipasi dalam pengendalian norma sadapan di kebun-kebun, perlu dilaksanakan Evaluasi Sadapan Gabungan secara rutin, minimal satu tahun sekali.
2.      Pelaksanaannya dikoordinir oleh Bagian Tanaman Kantor Direksi Bandung.
3.      Waktu pelaksanaannya pada Triwulan IV tahun berjalan, untuk keperluan penyusunan RKAP tahun berikutnya.  

L.    Pelaksanaan Recovery Tap
1.   Pelaksanaan recovery tap dilaksanakan pada masa intensifikasi produksi (masa AMJJ).
2.   Recovery tap tidak diperbolehkan dilakukan pada masa gugur daun.
3.      Recovery tap dilakukan pada gilir hanca dimana terdapat HK bongkor yang dominan karena hari libur resmi, sakit, cuti, hari hujan atau gangguan bencana alam.
4.      Pelaksanaan recovery tap memperhitungkan potensi produksi AMJJ serta kondisi kesehatan tanaman.


 
 

0 komentar:

Post a Comment